JAWABAN_SOAL NO.2_UTS_SEDM__MUHKLISOH_NIM_202401052
Jawaban soal 2Masing-masing Anda sudah membahas terkait dengan bahasan kelompok dengan tema sudah ditentukan. Dan hingga pertemuan ke 8 sudah dibahas dalam diskusi.Soal:Coba anda rangkumkan dengan mengunakan Bahasa anda sendiri dalam bahasan tersebut?
Strategic Environmental Development Management (SEDM) adalah pendekatan terpadu dalam mengelola wilayah strategis dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. SEDM bertujuan untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan di kawasan tertentu dengan mengutamakan keseimbangan ekosistem, kemajuan ekonomi, dan kelestarian budaya masyarakat setempat.
Bangsa Melayu
Bangsa Melayu adalah kelompok etnis yang memiliki sejarah panjang dan pengaruh kuat di kawasan Asia Tenggara, khususnya di wilayah Selat Malaka. Orang Melayu telah dikenal sebagai pedagang, pelaut, dan penjaga budaya yang memainkan peran penting dalam perdagangan rempah dan komoditas lain di kawasan ini. Warisan budaya Melayu sangat kuat, meliputi tradisi maritim, nilai-nilai Islam, dan kearifan lokal yang masih bertahan hingga kini.
Jalur Sutra dan Jalur Rempah
Jalur Sutra dan Jalur Rempah adalah rute perdagangan kuno yang menghubungkan dunia Timur dan Barat. Jalur Sutra menghubungkan Tiongkok dengan Eropa melalui darat, sementara Jalur Rempah merupakan rute laut yang membawa rempah-rempah dari kepulauan Nusantara ke berbagai belahan dunia. Kedua jalur ini sangat penting secara ekonomi dan berperan besar dalam memperkenalkan komoditas Nusantara, termasuk wilayah Melayu, ke dunia.
Selat Malaka sebagai Jalur Ekonomi Strategis
Selat Malaka, salah satu jalur maritim tersibuk di dunia, menjadi wilayah perebutan banyak kekuatan, termasuk kerajaan lokal dan kekuatan kolonial seperti Inggris dan Belanda. Posisi strategisnya sebagai penghubung perdagangan Asia Timur dengan Asia Selatan, Timur Tengah, dan Eropa membuat Selat Malaka menjadi kunci ekonomi kawasan Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan Melayu, termasuk Kerajaan Siak, memanfaatkan Selat Malaka untuk memperkuat perdagangan mereka dan menjaga kedaulatan wilayahnya.
Traktat London, Traktat Siak, dan Traktat Sumatera
Perjanjian-perjanjian seperti Traktat London (1824), Traktat Siak, dan Traktat Sumatera (1871) adalah kesepakatan yang dibuat antara Inggris dan Belanda untuk membagi pengaruh di Nusantara. Traktat ini membagi kekuasaan kolonial di Sumatra dan Semenanjung Malaya, di mana Belanda diberikan pengaruh di Sumatra, termasuk Siak, sementara Inggris lebih fokus di Semenanjung Malaya. Perjanjian ini menjadi titik penting dalam sejarah Melayu karena mempengaruhi wilayah kekuasaan dan otonomi kerajaan-kerajaan Melayu di kawasan ini.
Kerajaan Siak dalam Jalur Dagang di Selat Malaka
Kerajaan Siak Sri Indrapura, yang terletak di pesisir timur Sumatra, memiliki posisi yang strategis dalam perdagangan di Selat Malaka. Sebagai pusat perdagangan, Siak mengelola komoditas penting seperti lada, emas, dan karet yang diekspor ke berbagai wilayah. Siak juga menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan dengan kerajaan tetangga seperti Johor dan Aceh, serta kekuatan kolonial untuk mempertahankan kedaulatan dan memperkuat perekonomian.
Pulau Bengkalis (Hubungan Dagang dari Masa ke Masa)
Pulau Bengkalis memiliki hubungan dagang yang erat dengan Kerajaan Siak. Terletak di dekat Selat Malaka, Bengkalis menjadi pusat distribusi komoditas dari pedalaman Sumatra yang akan diekspor ke pasar internasional. Selain berfungsi sebagai pusat logistik, Bengkalis juga memiliki nilai strategis sebagai benteng pertahanan laut bagi Siak untuk mengamankan jalur dagang dari ancaman bajak laut dan pesaing.
Komentar
Posting Komentar